Penderita HIV AIDS di Riau 3.809 Kasus, Paling Banyak di Pekanbaru

Ilustrasi kampanye bahaya HIV dan Aids

PEKANBARU, SENANDUNGKABAR.com - Provinsi Riau masih dihadapkan pada tantangan serius dalam memerangi HIV AIDS. Data terbaru mengungkapkan bahwa jumlah kasus orang dengan HIV AIDS (ODHA) di provinsi ini telah mencapai angka yang mengkhawatirkan, dengan total 3.809 kasus tercatat hingga saat ini.

 

Meskipun upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS telah dilakukan, eliminasi sepenuhnya masih belum tercapai di Provinsi Riau. Jumlah kasus yang tinggi menyoroti perlunya perhatian serius dan langkah-langkah yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini.

 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Zainal Arifin mengungkapkan bahwa berdasarkan data kabupaten/kota, jumlah kasus AIDS hingga Maret paling tinggi tercatat di Kota Pekanbaru. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Pekanbaru memiliki tantangan yang signifikan dalam mengatasi masalah HIV AIDS di wilayah tersebut.

 

Baca Juga : Gubernur Riau Tugaskan Inspektorat dan BPKP Audit Proyek Mangkrak 

 

"Kota Pekanbaru jumlahnya 2.471 kasus," kata Zainal saat pertemuan lintas sektor dalam upaya penanggulangan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM), Rabu (17/5/2023).

 

Selain Kota Pekanbaru lanjutnya, Kabupaten Indragiri Hilir jumlah kasus AIDS juga tinggi yakni, 270 kasus. Kemudian disusul Kota Dumai 240 kasus.

 

Sedangkan daerah yang jumlah kasus AIDS-nya sedikit yakni Kabupaten Indragiri Hulu. "Jumlahnya hanya 22 kasus," terang Zainal.

 

Sementara untuk penderita AIDS untuk populasi umum berdasarkan pekerjaan masih didominasi Karyawan. Hingga Maret 2023 jumlahnya mencapai 1.238 orang. 

 

Baca Juga : PAD Besar, Riau Mampu Kurangi Ketergantungan Dana Pusat 

 

Kemudian, disusul profesi wiraswasta atau usaha sendiri sebanyak 749 kasus. Lalu, Ibu Rumah Tangga (IRT) yang mencapai 521 kasus.

 

Konteks baru yang diberikan menunjukkan tren yang menarik dalam penyebaran HIV/AIDS di Provinsi Riau. Dalam data populasi umum, terlihat bahwa pekerjaan sebagai petani, peternak, dan nelayan memiliki jumlah kasus AIDS yang lebih tinggi daripada penjaja seks.

 

Jumlah kasus infeksi AIDS di kalangan petani mencapai 172 orang, sedangkan penjaja seks tercatat sebanyak 88 kasus.

 

Data juga menunjukkan bahwa jumlah kasus di kalangan tenaga profesional medis hanya sedikit, yaitu 17 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok ini mungkin memiliki pengetahuan dan akses yang lebih baik terhadap informasi dan layanan kesehatan terkait HIV AIDS.

 

Selain itu, kelompok narapidana juga terdampak dengan 17 kasus AIDS. Hal ini menunjukkan perlunya upaya khusus dalam memberikan pendidikan dan layanan pencegahan HIV AIDS di dalam sistem penjara, serta mengurangi risiko penularan di antara narapidana.

 

Data ini menegaskan bahwa upaya pencegahan dan edukasi HIV AIDS harus melibatkan berbagai kelompok pekerjaan, termasuk petani, peternak, nelayan, penjaja seks, tenaga medis, dan narapidana.

 

Baca Juga : Pendapatan dari Mutasi PKB Masih Rendah, Pemprov Riau Punya Program 7 Berkah

 

Strategi yang berfokus pada kelompok-kelompok ini akan membantu mengurangi angka kasus dan memberikan pendekatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.

 

Penting untuk terus meningkatkan kesadaran, memberikan akses mudah terhadap pemeriksaan dan pengobatan, serta mengurangi stigma dan diskriminasi terkait HIV AIDS.

 

Dengan menggabungkan upaya dari berbagai sektor dan melibatkan komunitas secara aktif, Provinsi Riau dapat melangkah maju dalam mengatasi tantangan HIV AIDS dan menjaga kesehatan masyarakatnya. (Mediacenter Riau/bts)

 

Berita Terkini 

 

Kebakaran di Pasar Raya Padang, 40 Kios Pedagang Kaki Lima Ludes 

 

Tradisi Hal bi Halal di Indonesia, Ini Asal Usulnya 

 

Pendapatan dari Mutasi PKB Masih Rendah, Pemprov Riau Punya Program 7 Berkah 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama