![]() |
| Anggota Bawaslu RI Lolly Suhety saat melakukan kunjungan kerja ke Mentawai |
Kepulauan Mentawai, SENANDUNGKABAR.com, — Di tengah rimbunnya hutan tropis dan hamparan alam nan asri, Desa Matotonan di pedalaman Pulau Siberut menjadi saksi lahirnya sejarah baru bagi demokrasi Indonesia. Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI) resmi mendeklarasikan Kampung Pengawasan Partisipatif, sebuah inisiatif yang tumbuh dari semangat warga untuk menjaga kemurnian suara rakyat dari pelosok negeri.
Deklarasi ini bukan sekadar seremoni, tetapi simbol kesadaran demokrasi yang tumbuh dari akar rumput. Di tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota, masyarakat Matotonan membuktikan bahwa partisipasi dalam pengawasan pemilu bukan monopoli daerah perkotaan. Mereka ikut berperan aktif memastikan proses pemilu berjalan jujur, adil, dan bermartabat.
Baca Juga : Ketua DPRD Sumbar Muhidi Serahkan Rp25 Juta untuk Korban Kebakaran Pamancungan
Ketua Bawaslu RI dalam sambutannya menyebut, Desa Matotonan dipilih sebagai lokasi percontohan karena semangat gotong royong dan kepedulian tinggi masyarakat terhadap proses demokrasi.
“Dari pedalaman Mentawai ini, kita belajar bahwa pengawasan bukan hanya tugas lembaga, tetapi panggilan hati warga negara,” ujarnya.
Program Kampung Pengawasan Partisipatif bertujuan menguatkan kesadaran politik masyarakat melalui pendidikan demokrasi, pelibatan tokoh adat, dan pelatihan pemantauan mandiri. Dengan semangat “dari desa untuk Indonesia,” inisiatif ini diharapkan menjadi model bagi daerah lain untuk membangun pengawasan berbasis kearifan lokal.
Baca Juga : Jaringan Irigasi Tanah Dibangun, Petani di Padang Tidak Galau Lagi
Baca Juga : Anggota DPRD Sumbar Albert Hendra Lukman Gelar Reses di Padang, Salurkan Dana PIP
Warga Matotonan sendiri menyambut deklarasi ini dengan antusias. Mereka percaya, dengan pengetahuan dan kebersamaan, suara mereka akan lebih bermakna dalam menentukan arah bangsa.
Dari pelosok Mentawai, gema demokrasi kembali mengingatkan kita bahwa kejujuran dan partisipasi bisa tumbuh di mana saja — bahkan di tengah hutan dan perbukitan yang jauh dari pusat kota. Matotonan kini bukan sekadar desa di peta, melainkan simbol inspiratif dari Indonesia yang melek demokrasi dan cinta keadilan.

Posting Komentar